Minggu, 09 Agustus 2015

Wieteke Van Dort

Saya merasa agak bosan hari ini, setiap hari mendengarkan lagu-lagu band kesukaan saya Dream Theater. Mungkin ini sudah masuk titik mendidihnya mendengarkan band favorit saya ini. Korek-korek folder saya, ketemulah sebuah folder yang namanya "Wieteke van Dort". Saya tak banyak tahu siapa beliau ini, dan apa yang dilakukannya semasa beliau masih muda, dan seterusnya. Ada 3 lagu saja berformat MP3 yang segera saya pasang headset ke telinga, dan memainkan lagunya. Seperti saat pertama kali mendengarnya, lagu ini serasa membawa saya ke era jaman Indonesia belum merdeka, dimana ketika itu negara kita masih dikenal sebagai nama Nederlands Indie atau Hindia Belanda.
Ketika Indonesia belum merdeka, negara kita memang dikenal sebagai Belanda baru, hingga migrasi besar-besaran warga Belanda yang tidak hanya untuk "mencengkeram" secara politik, namun secara sosial, budaya, hingga ekonomi dan berbagai aspeknya, termasuk pariwisata. Jakarta yang dulu bernama Batavia, Semarang, Bandung, Surabaya, dikenal sebagai tempat wisata yang cukup luar biasa pada masanya dan luar biasa bersih dan tertata rapi.
Kembali ke lagu, 3 lagu itu masing-masing berjudul "Burung Kakatua", "Halo Bandung", dan "Sarina". 3 lagu ini pemberian sahabat gendheng saya yg sambil ngakak-ngakak mendengarkan lagu ini, karena liriknya benar-benar masih "asli". Dikatakan masih asli karena ya luar biasa asli jaman dahulu kala, dan ngakaknya ketika ada lirik "tak terduga" berupa kata "mencuk". Dan luar biasanya, aransemen musiknya terasa modern dan nyaman di telinga.
Burung Kakatua, mencuk di jendela Nenek(h) sudah tua, gigi(k)nya(h) tinggal dua Laichumm... laichumm... laichumm... la... la... la... 3x Burung Kakatua...
Sedang lagu "Sarina" juga sama luar biasanya, hingga membuat saya ngakak di lirik Sari...na.... sari...na... jangan main gila sama saya. Lagu "Halo Bandung" juga karena luar biasa mendayu-dayu dan enak didengar. Pokoknya luar biasa ketika mendengar suara Wieteke van Dort ini bernyanyi. Sedikit rasa penasaran plus koneksi internet, maka tak ragu lagi saya berselancar dan bertanya tentang Wieteke van Dort ini ke dukun pintar tak beranak, mbah Google.
Ternyata Wieteke van Dort yang lebih dikenal sebagai Tante Lien ini adalah wong Suroboyo. Beliau asli orang Belanda yang lahir 16 Mei 1943. Tante Lien adalah karakter buatan beliau yang populer di acara The Late Late Lien Show, dimana acara yang ditayangkan di Belanda ini adalah acara pertama dan satu-satunya yang menampilkan segala aspek dan budaya Indonesia. Pengisi acaranya terkadang artis-artis Indonesia, namun justru lebih diramaikan oleh orang-orang Belanda yang bisa dibilang sangat cinta budaya Indonesia. Acara ini menampilkan ornamen-ornamen macam becak, batik, set-nya pun full mirip suasana Indonesia banget. Contohnya di salah satu episode menampilkan pertunjukan gamelan Bali yang keseluruhan pemainnya adalah orang-orang asli Belanda, dan mereka sangat fasih memainkan gamelan Bali. Seperti kita ketahui, gamelan Bali jauh lebih sulit daripada gamelan Jawa karena kecepatan dan temponya.
Wieteke van Dort sempat tinggal di Indonesia sampai umur 13 tahun, hingga akhirnya terpaksa pindah ke Belanda karena ketika itu Soekarno me-nasionalisasi-kan Indonesia karena adanya konflik Papua yang membuat hubungan Belanda dan Indonesia renggang. Keluarga van Dort kehilangan segalanya, harta benda yang ditinggalkannya di Indonesia dan akhirnya menetap di Den Haag. Dasar Wieteke van Dort berlidah Indonesia dan ber-"iklim" Indonesia, ketidak-sukaannya pada cuaca Belanda yang dingin dan kekangenan pada makanan Indonesia dituangkan dalam lagu "Geef Mij Maar Nasi Goreng" yang artinya "Beri Saja Aku Nasi Goreng". Lagu riang gembira ini cukup melekat di hati saya karena bahasa campur-campurnya itu yang luar biasa.
Namun yang terpenting bagi saya, sangat berterima kasih, Wieteke van Dort sedikit banyak telah menggaungkan nama Indonesia di Eropa khususnya Belanda. Dan berkat albumnya, lagu-lagu Indonesia yang dinyanyikannya selalu melekat di hati setiap orang Indonesia, baik di Indonesia maupun di Belanda. Terutama lagu Burung Kakatua dan Nina Bobo, luar biasa indahnya!
Saat kami tiba dari Indonesia; Kami tidak pernah tahu bahwa Holland begitu dingin; Yang paling buruk adalah makanannya, lebih buruk dari makanan yang kami dapat selama di perjalanan; kentang, daging dan sayuran dan nasi dengan gula.(Refrain)Beri saja aku nasi goreng dengan omelet telur; dengan sambal dan kerupuk dan segelas bir; Beri saja aku nasi goreng dengan omelet telur; dengan sambal dan kerupuk dan segelas bir. Tidak ada lontong, sate babi, tidak ada rasa pedas; tidak ada terasi, serundeng, bandeng, dan tahu petis; Kue lapis, onde-onde, tidak ada ketela pohon atau bakpau; Tidak ada ketan, tidak ada gula jawa, jadi aku berkata; (kembali ke refrain) Namun sekarang aku telah beradaptasi dengan kubis dan buncis; hutspot (masakan khas Belanda), dengan parutan kelapa dan susu; Stamppot (masakan khas Belanda) dengan sayuran andijwie, spruitjes, dan sup erwtens; apapun itu, nasi tetaplah yang terbaik. Jadi aku selalu berkata: (kembali ke refrain)


1 komentar:

  1. Watch a Formula 1 video with 360 360 VR - VIRTUAL
    Watch a Formula 1 video with youtube mp4 360 VR. This is the first ever Formula 1 video released with 360 video clips. The videos are

    BalasHapus