Jumat, 12 September 2014

Teknik RPJ

Ketika anda menemukan korban, lakukanlah Penilaian dengan memeriksa responnya melalui respon suara anda. Panggillah nama korban jika anda mengenalnya atau dengan cara mengoyangkan bahu korban (hati-hati bila curiga ada cedera tulang belakang).
Cek nafas korban jika ada nafas berilah oksigen
Cek nafas korban jika ada nafas berilah oksigen
jika TIDAK ADA NAFAS segera cek nadi korban selama 10 detik jika TIDAK ADA DENYUT NADI segera INGAT C-A-B dan segera lakukan KOMPRESI DADA / CHEST COMPRESSIONS dengan rasio 30 kali kompresi dada : 2 kali bantuan nafas. (Perbadingan 30:2 dilakukan dengan satu atau dua penolong) lakukan dengan penekanan yang cepat dan penekanan yang dalam dengan kecepatan 100/mnt.
RJP di lakukan 5 siklus kemudian cek kembali kondisi korban.
Jika korban menunjukkan tanda-tanda pulihnya satu atau semua sistem (Jantung dan Pernapasan), maka tindakan RJP harus segera dihentikan atau hanya diarah ke sistem yang belum pulih saja.Biasanya yang paling lambat pulih adalah pernafasan spontan, maka hanya dilakukan tindakan Resusitasi Paru (nafas buatan) saja.
Jika korban belum menunjukkan tanda-tanda pulihnya kedua sistem, lakukan kembali Resusitasi Jantung Paru (RJP) selama 5 siklus, setelah itu cek kembali kondisi korban
READ MORE - Teknik RPJ

Macam-Macam Penyakit Gunung

Mengenal Macam-
macam Penyakit di
Gunung

Mendaki gunung merupakan suatu
kegiatan yang makin banyak
digemari kalangan pemuda-
pemuda saat ini. Namun, masih
banyak pendaki yang kurang
mengetahui tentang resiko dan
bahaya yang mungkin mereka
hadapi saat melakukan kegiatan
pendakian gunung. Salah satunya
adalah penyakit yang kapan saja
bisa menyerang para pendaki
gunung.
Berikut ini macam-macam penyakit
di gunung dan penjelasannya yang
saya berhasil kumpulkan dari
berbagai sumber dan buku teknik
pendakian gunung ;
1. Heat Cramps
Heat Cramps ( Kram Karena Panas )
adalah kejang otot hebat akibat
keringat berlebihan, yang terjadi
selama melakukan aktivitas pada
cuaca yang sangat panas. Heat
cramps disebabkan oleh hilangnya
banyak cairan dan garam
( termasuk natrium, kalium dan
magnesium ) akibat keringat yang
berlebihan, yang sering terjadi
ketika melakukan aktivitas fisik
yang berat. Jika tidak segera
diatasi, Heat Cramps bisa
menyebabkan Heat Exhaustion.
Gejalanya :
Kram yang tiba -
tiba mulai timbul di
tangan, betis atau
kaki,
Otot menjadi keras,
tegang dan sulit
untuk dikendurkan,
terasa sangat nyeri.
Penanganan :
Dengan meminum
atau memakan
minuman /
makanan yang
mengandung
garam.
2. Heat Exhaustion
Heat Exhaustion ( Kelelahan Karena
Panas ) adalah suatu keadaan yang
terjadi akibat terkena /terpapar
panas selama berjam-jam, dimana
hilangnya banyak cairan karena
berkeringat menyebabkan
kelelahan, tekanan darah rendah
dan kadang pingsan. Jika tidak
segera diatasi, Heat Exhaustion
bisa menyebabkan Heat Stroke.
Gejalanya :
Kelelahan,
Kecemasan yang
meningkat, serta
badan basah kuyup
karena berkeringat,
Jika berdiri,
penderita akan
merasa pusing
karena darah
terkumpul di dalam
pembuluh darah
tungkai, yang
melebar akibat
panas,
Denyut jantung
menjadi lambat dan
lemah,
Kulit menjadi
dingin, pucat dan
lembab,
Penderita menjadi
linglung / bingung
terkadang pingsan.
Penanganan :
Pindahkan korban
dengan segera
ketempat yang
sejuk, buka seluruh
baju luarnya,
Bungkus korban
dengan selimut
yang sejuk dan
basah. Usahakan
agar selimut tetap
basah. Dinginkan
korban hingga
suhunya mencapai
38° Celcius,
Saat temperatur
mencapai 38°
celcius, ganti
selimut basah
dengan yang kering,
lanjutkan
perawatan pada
korban secara hati -
hati.
3. Mountain Sickness ( Penyakit
Gunung )
Penyebab utamanya adalah
penurunan kadar oksigen didalam
darah karena berada diketinggian
tertentu. Ini sering terjadi pada
pendaki gunung di sini.
Penyebabnya kurangnya
kemampuan aklimatisasi dari
tubuh pendaki. Kemudian penyakit
ini juga bisa ditimbukan akibat
pergerakan mencapai ketinggian
tertentu yang terlalu cepat.
Gejalanya :
Pusing,
Nafas sesak,
Tidak nafsu makan,
Mual terkadang
muntah,
Badan terasa lemas,
lesu, malas,
Jantung berdenyut
lebih cepat,
Penderita sukar
tidur,
Muka pucat, kuku
dan bibir terlihat
kebiru-biruan.
Penanganan :
Beristirahat yang
cukup, pada
umumnya gejala ini
akan hilang dengan
sendirinya setelah
beristirahat selama
24 s/d 48 jam,
Jika kondisi tidak
membaik turunkan
si-penderita dari
ketinggian tersebut,
sekitar 500 s/d 600
meter.
4. Hypotermia
Hypotermia adalah suatu keadaan
dimana kondisi tubuh tidak dapat
menghasilkan panas disertai
menurunnya suhu inti tubuh
dibawah 35°C. Hal tersebut
disebabkan beberapa faktor,
diantaranya ; suhu yang ekstrim,
pakaian yang tidak cukup sehingga
mengenakan pakaian basah dan
kurangnya makanan yang
mengandung kalori tinggi.
Gejalanya :
Menggigil,
Dingin, pucat, kulit
kering,
Bingung, sikap -
sikap tidak masuk
akal, lesu, ada
kalanya ingin
berkelahi,
Jatuh kesadaran,
Bernapas pelan dan
pendek,
Denyut nadi yang
pelan dan
melemah.
Penanganan :
Jangan biarkan
orang yang terkena
hipotermia tidur,
karena hal ini
dapat membuatnya
kehilangan
kesadaran sehingga
tidak mampu lagi
menggangatkan
badannnya sendiri.
Menggigil adalah
usaha secara
biologis dari badan
untuk tetap hangat,
karena itu usahakan
untuk tidak tidur,
Berilah minuman
hangat dan manis
kepada si penderita
hipotermia,
Bila baju yang di
pakai basah segera
mungkin gantilah
dengan baju yang
kering,
Usahakan untuk
mencari tempat
yang aman dari
hembusan angina,
misalnya dengan
mendirikan tenda
atau pelindung
lainnya,
Jangan baringkan si
penderita di tanah
dan usahakan agar
memakai alas kering
dan hangat,
Masukkanlah si
penderita ke dalam
kantong tidur.
Usahakan agar
kantong tidur
tersebut di
hangatkan terlebih
dahulu ke dalam
kantong tidur
tersebut. Ingat,
memasukkan
penderita
hipotermia ke
dalam kantong
tidur yang dingin
tidak akan memadai
karena badan si
penderita tidak
akan dapat lagi
menghasilkan panas
yang mampu
menghangatkan
kantong tidur
tersebut,
Letakkan yang di isi
dengan air hangat
(bukan panas) ke
dalam kantong
tidur untuk
membantu
memanaskan
kantong tidur,
Bila kantong tidur
cukup lebar, maka
panas badan orang
yang masih sehat
dapat membantu si
penderita secara
langsung, yaitu
dengan tidur
berdampingan di
dalam satu kantong
tidur. Kalau
mungkin, dua orang
masih sehat masuk
ke dalam kantong
tidur rangkap dua,
kemudian si
penderita di
selipkan di tengah
tengahnya,
Kalau dapat buatlah
perapian di kedua
sisi si penderita,
Segera setelah si
penderita sadar
berikanlah makanan
dan minuman
manis, karena
hidrat arang
merupakan bahan
baker yang cepat
sekali menghasilan
panas dan energi.
READ MORE - Macam-Macam Penyakit Gunung

Mengenal Jenis-Jenis Hipotermia

MENGENAL PENYAKIT HIPOTERMIA DI GUNUNG
Apa itu hipotermia ? Ada Berapa Jenis penyakit hipotermia ? Bagaimana awal Gejala hipotermia ? Bagamaimana cara Pencegahan dan pengobatan hipotermia ?

Hipotermia adalah keadaan dimana tubuh merasa teramat sangat kedinginan dan Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti ( suhu organ dalam ). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruh tubuh ( Edema Generalisata ), menghilangnya reflex tubuh ( areflexia ), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh kurang dari 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah ( low reading termometer ) sampai 250C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. Kedinginan yang terlalu lama bisa menyebabkan tubuh beku, pembuluh darah mengerut dan memutus aliran darah yang menuju ke hidung, telinga, jari tangan dan jari kaki. Bila terlalu lama menahan dingin, apalagi dalam keadaan cuaca yang berangin dan hujan bisa menyebabkan mekanisme pemanasan tubuh terganggu sehingga bisa menyebabkan penyakit kronis.

Dan Ini yang sering melanda pendaki gunung yang menapaki puncak tinggi atau gunung bersalju. Dan dalam kondisi parah, jalan terakhir adalah amputasi. Udara dingin yang basah disertai angin yang bertiup kencang, seringkali dijumpai para pendaki. Tak jarang badai dan hujan lebat menyertai hawa dingin. Malam yang cerah seringkali membuat udara semakin dingin dan berembun. Di puncak musim kemarau justru di sekitar puncak gunung seringkali muncul kristal - kristal es yang menempel pada daun - daunan dan bunga Edelweis.

Pakaian yang basah, kaos kaki yang basah semakin menambah dinginnya badan. Keadaan akan semakin parah bila pendaki tidak memperhatikan makanan sehingga tubuh tidak memperoleh energi untuk memanaskan badan. Dinginnya udara seringkali membuat perut kembung sehingga enggan untuk makan, kecuali memang kehabisan makanan.

Beberapa jenis hipotermia, yaitu:

a. Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga 35°c.

b. Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung terhadap udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.

c. Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik ( seluruh tubuh ) yang serius. Kebanyakan terjadinya di musim dingin ( salju ) dan iklim dingin.

Penyebab Hipotermia :

Yang pasti ada kontak dengan lingkungan dingin, ada gangguan penyakit yang tengah diderita, penggunaan obat - obatan ataupun alkohol serta radang pancreas.

Gejala dan Indikasi Penyakit Hipotermia

a. Gejala awal hipotermia apabila suhu kurang dari 360C atau kedua kaki dan tangan terasa dingin.

b. Gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan mengantuk yang sangat luar biasa. Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan fisik menjadi lamban.

c. Bila tubuh korban basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.

Selain itu bila angin bertiup kencang, maka pendaki akan cepat sekali kehilangan panas tubuhnya. Jadi kalau badan basah kuyub kehujanan dan angin bertiup kencang, maka potensi hipotermia menjadi semakin cepat terjadi.

Puncak dari gejala hipotermia adalah korban tidak lagi merasa kedinginan, tapi dia malah merasa kepanasan, dalam bukunya Norman Edwin disebut “paradoxical feeling of warmt”. Oleh karena itu si korban akan melepas bajunya satu per satu dan tetap masih merasa kepanasan.

d. Hipotermia menyerang saraf dan bergerak dengan pelan, oleh karena itu sang korban tidak merasa kalau dia menjadi korban hipotermia. Dari sejak korban tidak bisa menahan kedinginan sampai malah merasa kepanasan di tengah udara yang terasa membekukan, korban biasanya tidak sadar kalau dia telah terserang hipotermia.

e. Dalam kasus penderita hipotermia yang sampai pada taraf “paradoxical feeling of warmt” selain merasa kepanasan dia juga terkena halusinasi. Akan tetapi, dalam banyak hal lainnya, halusinasi juga telah terjadi walau si korban tidak sampai mengalami “paradoxical feeling of warmt”. Yang jelas, ketika si korban hipotermia sudah kehilangan kesadaran, maka dia akan mudah terkena halusinasi. Dan faktor halusinasi ini yang sangat berbahaya karena korban akan “melihat bermacam - macam hal” dan dia akan mengejar apa yang dilihatnya itu tanpa menghiraukan apa - apa yang ada di hadapannya. Jadi tidaklah mengherankan kalau banyak korban hipotermia ditemukan jatuh ke jurang telah meninggal dunia.

Pencegahan serta pengobatan Hipotermia :

Jalan nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup. Penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan menggunakan selimut hangat ( tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah turunnya tekanan darah secara mendadak ) atau menempatkan pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga minuman hangat ( kalau pasien dalam kondisi sadar ).

Pencegahannya : Gejala kedinginan yang lebih parah akan membuat gerakan tubuh menjadi tidak terkoordinasi, berjalan sempoyongan dan tersandung - sandung. Pikiran menjadi kacau, bingung, dan pembicaraannya mulai ngacau. Kulit tubuh terasa sangat dingin bila disentuh, nafas menjadi pendek dan lamban. Denyut nadi pun menjadi lamban, seringkali menjadi kram bahkan akhirnya pingsan. Untuk membantu penderita sebaiknya jangan cepat - cepat menghangatkan korban dengan botol berisikan air panas atau membaringkan di dekat api atau pemanas. Jangan menggosok - gosok tubuh penderita. Jika korban pingsan, baringkan dia dalam posisi miring. Periksa saluran pernafasan, pernafasan dan denyut nadi. Mulailah pernafasan buatan dari mulut dan menekan dada.

a. Pindahkan ke tempat kering yang teduh. Ganti pakaian basah dengan pakaian kering yang hangat, selimuti untuk mencegah kedinginan. Jika tersedia, gunakan bahan tahan angin, seperti alumunium foil atau plastik untuk perlindungan lebih lanjut. Panas tubuh dari orang lain juga bagus untuk diberikan, suruh seseorang melepas pakaian, dan berbagi pakai selimut dengan si korban. Jika penderita sadar, berikan minuman hangat jangan memberikan minuman alkohol. Segeralah cari bantuan medis.

b. Bila kita melakukan kegiatan luar ruangan ( pendakian gunung khususnya ) pada musim hujan atau di daerah dengan curah hujan tinggi, harus membawa jas hujan, pakaian hangat ( jaket tahan air dan tahan angin ) dan pakaian ganti yang berlebih dua tiga stel, serta kaus tangan dan topi ninja juga sangat penting. Perlengkapan yang tidak kalah pentingnya adalah sepatu pendakian yang baik dan dapat menutupi sampai mata kaki, jangan pakai sendal gunung atau bahkan jangan pakai sendal jepit.

c. Bawa makanan yang cepat dibakar menjadi kalori, seperti gula jawa, coklat dll. Dalam perjalanan banyak “ngemil” untuk mengganti energi yang hilang.

d. Bila angin bertiup kencang, maka segeralah memakai perlengkapan pakaian hangat, seperti jaket dan kaus tangan. Kehilangan panas tubuh tidak terasa oleh kita, dan tahu - tahu saja kita jatuh sakit.

e. Bila hujan mulai turun bersegeralah memakai jas hujan, jangan menunggu hujan menjadi deras. Cuaca di gunung tidak dapat diduga. Hindari pakaian basah kena hujan.

f. Bila merasa dirinya lemah atau kurang kuat dalam tim, sebaiknya terus terang pada team leader atau anggota seperjalanan yang lebih pengalaman untuk mengawasi dan
membantu bila dirasa perlu.

g. Semangat dan jangan gampang menyerah bila kondisi mulai memburuk.

Faktor kecelakaan dan bahkan kematian pendaki gunung, Hipotermia mengambil peranan yang cukup besar. Maka mulailah dari hal kecil, jangan suka minum - minuman keras alkohol saat melakukan pendakian. Kadang beralasan, bisa menghangatkan badan jika minum alkohol, tak masuk akal bukan jika prakteknya di buat gaya - gayaan? Menandakan jiwa dan pribadi tak bertanggung jawab, pada diri sendiri dan pada orang lain. Selamat bertualang kawan semua dan jaga kesehatan raga...
READ MORE - Mengenal Jenis-Jenis Hipotermia

Apa Itu Hipoksia ?

Mendaki gunung adalah sebuah
kombinasi yang harmonis dan unik
sekaligus menyenangkan antara hal
menyalurkan hobi berpetualang di
alam bebas di satu sisi dengan
olahraga dan olahrohani di sisi yang
lain , walau segala penghalang kerap
menjadi batu sandungan dalam
kegiatan tersebut. Namun yang harus
selalu kita ingat adalah banyak
haling rintang, hambatan, bahaya
dan resiko yang kerap mengancam
keselamatan kondisi jamasni phisik
dan rohani (psikis) kita.seandainya
kita tidak peka, tidak cermat dan
cepat tanggap dalam mengkondisikan
kemampuan dan kesehatan raga dan
faktor ketenangan kejiwaan kita
sendiri. Dari berbagai resiko tersebut
ada satu penyakit yang bisa menimpa
para penggiat alam bebas pendakian
gunung, yakni *HIPOKSIA* , karena
pada hakikatnya Mendaki gunung
tentu akan menempatkan tubuh kita
akan dominan dan sering berada di
atas ketinggian yang ekstrim. Berada
di ketinggian tentu akan mudah
memicu hipoksia karena terbatasnya
oksigen.

Dari beberapa pengamatan dan data-
data evaluasi pada kasus-kasus
kecelakaan di gunung ada dua faktor
yang sering terjadi. Pertama, efek
hipoksia ( kekurangan oksigen ) pada
tubuh. Kedua, efek fisik dari
ketinggian dari permukaan laut,
seperti suhu dan radiasi ultraviolet.
Tapi, hal yang terakhir ini jarang
terjadi pada pendaki gunung. Kecuali
misalnya kekurangan energi ( makan
yang cukup ), kedinginan, kecelakaan
yang mengakibatkan benturan dan
pendarahan yang hebat.

PROSES GEJALA HIPOKSIA :


Proses hipoksia timbul secara
perlahan. Bahkan sering terjadi
seorang pendaki gunung yang terlalu
lama dalam perjalanan pendakian
(ekspedisi pegunungan) ,
sesampainya di rumah ternyata
tubuhnya tidak bisa atau sulit
menerima perubahan suhu (RE-
ADAPTASI) . Hipoksia yang terjadi
berjalan agak lama. Tentu saja hal ini
akan mengganggu proses pernapasan
yang dilakukan paru - paru..

JADI MAKHLUK APAKAH HIPOKSIA
ITU???

Berdasarkan sejumlah literatur
kedokteran, hipoksia adalah kondisi
gejala kekurangan oksigen pada
jaringan tubuh yang terjadi akibat
pengaruh perbedaan ketinggian.
Semakin tinggi suatu tempat dari
permukaan laut, kadar oksigen yang
terkandung di dalam udara semakin
tipis. Kerja organ tubuh terutama
sistem pernafasan yang
membutuhkan pasokan oksigen akan
lebih banyak.
Berdasarkan beberapa penelitian
medis (ilmu kedokteran) dapatlah
dijelaskan bahwa sebenarnya
keseimbangan tubuh manusia selalu
dijaga dan diatur oleh system
kardiovaskuler (system jantung) dan
system pernafasan. Kondisi hipoksia
terjadi jika kita mengalami kerusakan
pada sistem jantung, pembuluh
darah dan sistem pernafasan,
Selain berada di ketinggian, berada
di ruangan tertutup tanpa sirkulasi
udara yang baik, atau di ruangan
yang bersirkulasi udara baik tetapi
dipenuhi asap rokok juga bisa
menyebabkan gangguan hipoksia.

Dalam sebuah Penelitian desertasi
doktor seorang ahli penyakit dalam
membuktikan bahwa kondisi hipoksia
menyebabkan terjadinya luka pada
lambung berupa terjadinya ulkus.
Gangguan yang terjadi pada organ
akibat hipoksia dijelaskan baik secara
kelainan organ melalui pemeriksaan
histopatologi baik secara langsung
maupun pemeriksaan
imunohistokimia.

Untuk itu para pendaki gunung harus
mengenali tanda - tandanya, serta
cara mengatasi jika mengalami
kondisi tersebut. Tanda - tanda
hipoksia atau kekurangan oksigen
antara lain pandangan kabur,
pernapasan makin cepat atau
tersengal -sengal, serta tubuh
menjadi lemas.

Frekuensi pernapasan yang meningkat
terjadi karena tubuh berusaha
memenuhi kebutuhan oksigen. Tidak
hanya memaksa paru - paru bekerja
lebih keras, kondisi ini juga
mempengaruhi jantung yang harus
bekerja keras memompa oksigen
dalam darah yang hanya sedikit itu
untuk didistribusikan ke seluruh
tubuh.

Selain dari gejala fisik, kondisi
Hipoksia juga bisa dikenali dari
perubahan perilaku. Dalam kondisi
hipoksia, otak juga akan kekurangan
oksigen sehingga pola pikir seorang
pendaki berubah menjadi kacau dan
sulit membuat keputusan yang tepat.
Dalam keadaan hipoksia, yang
dominan hanya emosi dan ini sangat
mempengaruhi pengambilan
keputusan. Makanya para pendaki
sering tersesat, salah satunya karena
otak tidak mendapatkan oksigen yang
cukup untuk bisa bekerja dengan
baik.

LEVEL (TINGKAT) KEPARAHAN
HIPOKSIA :

1. HIPOKSIA FULMINAN :
Adalah sebuah kondisi saat dimana
terjadi pernapasan yang sangat
cepat. Paru - paru menghirup udara
tanpa adanya udara bersih
( oksigen ). Sering dalam waktu satu
menit akan jatuh pingsan.

2. HIPOKSIA AKUT :
Terjadi pada udara yang tertutup
akibat keracunan karbon monoksida.
Misalnya, seorang pendaki gunung
tiba - tiba panik takkala udara
belerang datang menyergap. Udara
bersih tergantikan gas racun,
akhirnya paru - paru tak kuasa
menyedot udara bersih. Mendadak ia
pingsan.

HIPOKSIA DAPAT DIHINDARI/DICEGAH
DAN DITOLONG :

Hipoksia sebenarnya dapat dihindari
oleh para pendaki gunung atau
siapapun juga., Para pendaki gunung
yang berpengalaman biasanya telah
melakukan adaptasi dengan
ketinggian. Namun untuk orang yang
memiliki permasalahan pada
pembuluh darahnya baik pada
pembuluh darah otak maupun
pembuluh darah jantung, hipoksia
akan menyebabkan jantung akan
mengalami iskemia (kekurangan
oksigen) bahkan sampai terjadinya
infark (kematian jaringan). Begitu
pula pada orang yang sudah
mempunyai permasalahan pembuluh
darah otak maka kekurangan oksigen
juga akan lebih memperburuk
penurunan oksigen pada otak
sehingga korban menjadi tidak sadar.
Organ-organ lain juga jelas akan
mengalami gangguan jika terjadinya
hipoksia.
Pada orang-orang yang memang

sudah biasa tinggal pada daerah
pada ketinggian atau daerah dengan
kadar oksigen rendah, biasanya tubuh
sudah dapat mentoleransi
(mengadaptasi). Tetapi, adaptasi ini
ada batasnya dan jika kondisi ini
terus terjadi tetap akan
membahayakan jiwa. Salah satu
contoh kasus adalah musibah yang
dialami oleh almarhum WAMEN ESDM
( Prof. Dr Widjajono Partowidagdo).
Beliau tewas saat mendaki Gunung
Tambora di Pulau Sumbawa, Nusa
Tenggara Barat pada Sabtu (21 April
2012). Penyebab pasti kematian
wamen yang baru bertugas selama
enam bulan itu diduga karena sesak
nafas akibat kekurangan oksigen.
Faktor usia Widjajono (61) juga
berpengaruh kuat. Karena pada
umumnya orang dengan usia lanjut
maka potensi terganggunya saluran di
pembuluh darah sangat tinggi.
Dengan aktivitas berat dengan medan
pendakian yang sering kali ekstrim
saat mendaki gunung ditambah
pasokan oksigen yang tipis, hipoksia
dapat berakibat fatal yakni kematian.
Namun menurut diagnose dr Phaidon
L Toruan, sarjana kedokteran lulusan
Universitas Padjajaran Bandung,
dalam blognya menulis, Widjajono
yang berpengalaman mendaki gunung
Fuji, Himalaya, Kilimanjaro, tentu
sudah mengukur dirinya saat
sebelum pendakian ke Gunung
Tambora di Kabupaten Dompu Bima
engan ketinggian 2.850 mdpl.
Menurut Phaidon, sesak nafas yang
dialami Wamen Widjajono bisa
disebabkan oleh kurangnya oksigen
dan bisa juga merupakan salah satu
tanda serangan jantung. Dua gejala
terkait gejala serangan jantung
adalah Angina (rasa nyeri seperti
ditekan di bagian dada), dan Aritmia
(gangguan irama jantung yang dapat
menyebabkan palpitasi ataudenyut
jantung yang abnormal).
Kedua kondisi ini, Angina dan aritmia
terjadi karena kurangnya pasokan
darah yang membawa oksigen ke otot
jantung. Biasanya diikuti oleh gejala
lain seperti pusing, letih yang
berkepanjangan, mual, berkeringat
dingin, dan sesak nafas. Gejala
tersebut merupakan pertanda awal
serangan jantung. Hanya saja gejala
tersebut dianggap sebagai masuk
angin. Terlebih, kalau ada proses
pendakian di gunung yang memang
cuacanya dingin. Akibatnya
pertolongan pertama seringkali
terlambat diberikan.
Serangan jantung menghentikan
suplai oksigen ke otot jantung
menyebabkan otot-otot jantung akan
mati sewaktu tidak mendapatkan
darah. otot jantung beda dengan otot
lain yang tidak dapat mengalami
regenerasi. Kalau semakin lama gejala
yang menunjukkan serangan ini tidak
diatasi, akan semakin banyak
kerusakan permanen pada otot-otot
jantung dan bahkan jika terus
dibiarkan dapat mengalami kematian.
Dalam konteks kejadian yang dialami
Wamen ESDM, Phaidon menyebutkan
dengan usia yang mencapai 61 tahun
kapasitas fisik, termasuk fungsi
jantung dan paru menurun. Apalagi
jika tidak diimbangi dengan gaya
hidup sehat.

Pertolongan pertama ketika
menghadapi kondisi ini tentu saja
dengan memberikan oksigen. Tabung
oksigen berukuran kecil yang bisa
dibawa ke mana - mana sangat
mudah diperoleh di apotek dengan
harga terjangkau, sehingga tidak ada
salahnya para pendaki melengkapi
diri dengan alat ini.
Jika tabung oksigen belum cukup
menolong, maka semua pakaian harus
dilonggarkan agar pernapasan
menjadi lebih lancar. Kerah baju
harus dibuka, ikat pinggang dilepas
dan juga bra pada perempuan mau
tidak mau harus dilepas supaya
saluran napasnya tidak sesak.
Namun yang terpenting dari semua
itu adalah, sesegera mungkin pendaki
yang mengalami hipoksia harus
dibawa ke lokasi yang lebih rendah
supaya mendapat oksigen lebih
banyak dari udara pernapasan. Makin
lama berada dalam kondisi hipoksia,
makin besar resiko kerusakan organ
karena tidak mendapat suplai
oksigen.
Daya tahan seseorang saat berada
dalam kondisi hipoksia sangat
beragam, salah satunya dipengaruhi
oleh kadar sel darah merah serta
hemoglobin. Orang - orang yang
sehari - hari tinggal di gunung secara
alamiah lebih tahan terhadap
hipoksia karena sel darah merahnya
lebih banyak. Untuk mencegah
dampak buruk dari hipoksia, para
pendaki gunung yang sebelumnya
mengidap penyakit jantung,
pernapasan clan sirkulasi darah
dianjurkan untuk tidak mencapai
ketinggian yang melebihi daya tahan
tubuh,
READ MORE - Apa Itu Hipoksia ?

CPR - RPJ

Pada Keadaan normal, oksigen diperoleh dengan bernapas dan diedarkan dalam aliran darah ke seluruh tubuh. Bila proses pernapasan dan peredaran darah gagal, diperlukan tindakan resusitasi untuk memberikan oksigen ke tubuh. Tindakan ini didasarkan pada 3 pemeriksaan yang disebut langkah-langkah ABC resusitasi: Airway (saluran napas), Breathing (bernafas), dan Circulation (peredaran darah). Untuk orang yang tidak sadar, ikuti urutan ABC sebelum memberikan pertolongan lain Buka saluran napas, usahakan agar si pasien bernafas, dan periksa kelancaran peredaran darahnya dari denyut nadi atau petunjuk lain seperti kewajaran warna kulitnya. Bila pasien tidak bernafas, segera berikan pernapasan bantuan untuk meniupkan oksigen ke tubuhnya. Bila tidak ada denyut atau tanda peredaran darah lalin, segeralah lakukan CPR (cardiopulmonary resuscitation; resusitasi jantung-paru)
Airways
Untuk membuka saluran napas, letakkan satu tangan di dahi pasien, dan dua jari tangan di bawah dagunya. Dengan lembut dongakkan kepalanya dengan menekan dahi sambil sedikit mendorong dagu pasien.
Breathing
Memeriksa ada tidaknya napas, dengarkan bunyi napasnya atau rasai dengan pipi anda sampai 10 detik. Bila tak ada tanda bernafas, mulailah pernapasan buatan.
Circulation
Untuk memeriksa peredaran darah, raba denyut nadi dengan dua jari selama 10 detik. Untuk bayi rabalah denyut brakhial di bagian dalam lengan. Untuk orang dewasa atau anak-anak, raba denyut karotid di leher di rongga antara trakhea(saluran udara)dengan otot besar leher. Periksa tanda-tanda lain peredaran darah, misalnya kewajaran warna kulitnya. Bila tak ada tanda-tanda peredaran darah, segera lakukan CPR
Ketika anda menemukan korban, lakukanlah Penilaian dengan memeriksa responnya melalui respon suara anda. Panggillah nama korban jika anda mengenalnya atau dengan cara mengoyangkan bahu korban (hati-hati bila curiga ada cedera tulang belakang).
Cek nafas korban jika ada nafas berilah oksigen
jika TIDAK ADA NAFAS segera cek nadi korban selama 10 detik jika TIDAK ADA DENYUT NADI segera INGAT C-A-B dan segera lakukan KOMPRESI DADA / CHEST COMPRESSIONS dengan rasio 30 kali kompresi dada : 2 kali bantuan nafas. (Perbadingan 30:2 dilakukan dengan satu atau dua penolong) lakukan dengan penekanan yang cepat dan penekanan yang dalam dengan kecepatan 100/mnt.
RJP di lakukan 5 siklus kemudian cek kembali kondisi korban.
Jika korban menunjukkan tanda-tanda pulihnya satu atau semua sistem (Jantung dan Pernapasan), maka tindakan RJP harus segera dihentikan atau hanya diarah ke sistem yang belum pulih saja.Biasanya yang paling lambat pulih adalah pernafasan spontan, maka hanya dilakukan tindakan Resusitasi Paru (nafas buatan) saja.
Jika korban belum menunjukkan tanda-tanda pulihnya kedua sistem, lakukan kembali Resusitasi Jantung Paru (RJP) selama 5 siklus, setelah itu cek kembali kondisi korban.
READ MORE - CPR - RPJ

Tips Memilih Sepatu Tracking

Tips memilih sepatu Hiking/
treking:

*pemilihan bahan
pilihlah sepatu dg bahan sintetis
kalo bisa yg waterproof namun
breathable spt kain 3layer
goretex,schoeller,dermizak
bahan2 tsb memiliki bobot yg
cukup ringan dan waterproof
shg tdk menambah beban ketika
dlm keadaan basah namun
breathable shg mudah melepas
keringat
jd gk basah luar dalam

*konstruksi sepatu
pilihlah sepatu dg konstruksi yg
melindungi mata kaki,memiliki
bagian yg keras pada bagian dpn
dan belakang(tungkai) sbg
pelindung jatuhan material spt
batu/cedera saat tersandung dll

*in sole
pilih sole bagian dalam yg
empuk dan memiliki ruang2
kosong (bagian dalam yg
kotak2),konstruksi spt ini
mampu meredam beban
langkah kita shg kita melangkah
lebih nyaman tentunya msh
dilapisi lg dg lidah bag dalam
sepatu yg nyaman

*out sole
pilihlah sepatu dg sol luar yg
memiliki bentuk contra grip
(gigi yg berlawanan arah antara
bag depan dan belakang)
pilih sol dg teknologi bahan anti
slip spt vibram ato traxion(pd
adidas)

semakin nyaman dan ringan
sepatu kita semakin ringan
beban kaki kita menopang berat
badan,gravitasi,dan berat
bawaan tas kita
selain sbg alas kaki sepatu jg berperan sbg safety gear melindungi dan meminimalisir cedera kaki
nah masih ada kaitan nya kan dg MH

semoga bermanfaat
READ MORE - Tips Memilih Sepatu Tracking

Kiat Mengurangi Sampah Di Gunung

beberapa kiat untuk mengurangi sampah dari barang bawaan Anda.

Kurangi membawa makanan kemasan. Kurangi mengonsumsi makanan kemasan yang berpotensi menimbulkan sampah. Sampah-sampah yang berada di gunung biasanya berasal dari makanan kemasan yang dibawa pendaki.

Untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, sebaiknya Anda membawa makanan kemasan secukupnya. Anda juga bisa membeli makanan kemasan yang ukurannya jumbo agar bungkus makanan yang dihasilkan tidak terlalu banyak.

Sediakan trash bag atau kantong sampah untuk wadah sampah. Anda pasti malas untuk memasukan sampah-sampah bawaan ke dalam tas. Untuk mengatasinya, bawalah kantong sampah yang ukurannya besar. Sehingga sampah tidak akan tercampur dengan barang bawaan Anda lainnya yang ada di dalam tas.

Pisahkan antara sampah organik dan nonorganik. Memisahkan sampah organik dan nonorganik akan sedikit meringankan beban sampah yang harus diangkut. Anda tidak perlu memasukan sampah organik ke dalam kantong sampah.

Sampah organik dapat dikubur di dalam tanah agar pembusukannya terjadi di dalam tanah. Tetapi sebelumnya pastikan tidak ada sampah nonorganik seperti plastik tercampur dengan sampah organik. Ingat, jangan membuang sampah organik tersebut di sungai atau mata air.

Bawa kembali sampah yang dihasilkan. Sampah-sampah dari sisa bungkus makanan, kaleng gas bekas, batu baterai yang sudah habis, harus dibawa turun kembali setelah mendaki.

Kondisi fisik yang sudah lelah ketika mendaki, menjadi salah satu faktor yang membuat beberapa pendaki malas membawa turun kembali sampah tersebut. Agar tidak terlalu lelah, Anda bisa memikul kantong sampah secara bergantian dengan rekan Anda, jika Anda melakukan perjalanan dengan rombongan.

Ketika melakukan pendakian, ada sebuah istilah yang sering dikenal sebagai zero waste, yang berarti pendaki tidak boleh meninggalkan apapun di gunung. Jika kita bisa bertanggung jawab atas sampah yang kita hasilkan, tentu saja kita juga sudah bertanggung jawab atas kelestarian alam
READ MORE - Kiat Mengurangi Sampah Di Gunung

Cara Merawat Sleeping Bag

Apakah anda salah seorang yang selalu melakukan perjalanan keluarga di penginapan maupun camping menginap di alam terbuka dengan menggunakan sleeping bag, baik itu sleeping bag polar maupun sleeping bag hollowfill/Dacron? Setelah beberapa kali pemakaian, kemudian anda mencium bau yang kurang enak saat memakai maupun pemandangan jamur, yaa kan tinggal dibuang beli yang baru deh.
Bagaimana kalau anda termasuk orang yang suka merawat perlengkapan outdoor pribadinya? Walaupun punya dana lebih, ya sedikit hidup lebih hemat dan sedikit nyampahlah. Kalau gak mau nyuci sendiri kan tinggal nyuruh orang yang mau nyuciin. Dengan merawatnya walaupun harga sleeping bag anda murah akan jauh lebih baik kualitas jangka panjangnya dari pada sleeping bag dengan harga yang mahal tapi tidak dirawat sama sekali. Apalagi kalau ternyata cuman mahalnya saja padahal bahannya sama saja dengan yang lebih murah.
Nah, ni ada sedikit tips bagaimana cara merawat sleeping bag outdoor. Mungkin masih ada yang belum mengetahuinya, so cekidot ya…
*Cara Mencuci Sleeping Bag.
Gunakan bathtub atau baskom yang sekiranya cukup untuk merendam sleeping bag, dengan air hangat ataupun langsung air keran (biar cepat).Tanbahkan mild soap/sabun tanpa detergent seperti shampoo atau sabun bayi.
Biarkan sleeping bag bag anda berendam sepenuhnya selama 20-30 menit.Kucek-kucek pakai tangan dengan lembut, kalau masih ada noda yang sedikit menempel sikatlah dengan lembut, jangan kasar nanti akan merusak lapisan tahan airnya. Kalau tidak bisa hilang juga, ya biarkan saja.
Sudah beres dengan kucek-kucek, bilaslah seperti biasa hingga sabunnya hilang.
Untuk membuang airnya cukup dengan cara meremas/menekannya saja. Jangan diperas dengan cara dipelintir, nanti akan merusak bahan dalamnya.
Keringkan sleeping bag anda dengan cara digantung atau menggunakan hanger dan hanya diangin-anginkan saja. Jangan dijemur kena matahari langsung.
Biasanya 24 jam dah kering, tergantung cuaca. Kalo sudah kering tinggal…
*Cara Menyimpan Sleeping Bag.
Ada dua perlakuan terhadap penyimpanan sleeping bag anda, penyimpanan yang tidak terlalu lama (sering dipakai) dan untuk jangka waktu yang lama.
Untuk anda yang sering bepergian, hingga tiap satu minggu sekali. Simpan dengan menggunakan kantung sleeping bag bawaannya tidak terlalu bermasalah, namun akan lebih baik dengan cara menghamparkannya saja atau dimasukkan kedalam kantung yang lebih besar agar tidak terKOMPRESI/tertekan saat penyimpanan.
Untuk yang jarang bepergian atau hanya sesekali saja. Untuk penyimpanan dalam jangka waktu yang lama dapat anda hamparkan saja atau anda simpan didalam kantung yang lebih besar atau digantung didalam lemari menggunakan hanger atau loop pada kaki sleeping bag agar tidak terKOMPRESSI/tertekan pada saat penyimpanan sehingga bahan dalaman sleeping bag akan lebih awet tambahkan juga pengharum dan anti jamur ya.semoga bermanfaat
READ MORE - Cara Merawat Sleeping Bag