Sabtu, 20 Juni 2015

Antibiotik kapan diperlukan?



Apakah antibiotik itu ? 

Antibiotik adalah obat keras yang digunakan untuk mengobati infeksi, termasuk penyakit menular yang membahayakan jiwa. Tetapi antibiotik dapat membahayakan jika tidak digunakan dengan tepat. Anda dapat melindungi diri Anda dan keluarga dengan mengetahui KAPAN Anda seharusnya menggunakan dan tidak menggunakan antibiotik. 

Apakah antibiotik bekerja melawan semua infeksi ? 

Tidak. Antibiotik hanya dapat bekerja melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan beberapa parasit tertentu. Antibiotik tidak dapat bekerja melawan infeksi yang disebabkan oleh virus. Virus menyebabkan penyakit seperti batuk pilek, flu, batuk dan radang tenggorokan.

Apakah “resistensi antibiotik” itu ? Apakah “resistensi bakteri” itu ? 

Antibiotik membunuh bakteri atau menghentikan pertumbuhannya. Namun, beberapa bakteri menjadi resisten terhadap beberapa tipe antibiotik. Ini berarti antibiotik tidak lagi dapat bekerja melawan bakteri tersebut. Bakteri menjadi resisten lebih cepat bila antibiotik digunakan terlalu sering atau tidak digunakan dengan tepat (seperti tidak menghabiskan seluruh antibiotik yang diresepkan oleh dokter atau menggunakan antibiotik pada infeksi virus).
Bakteri yang resisten dapat dilawan dengan antibiotik yang berbeda jenisnya dengan antibiotik yang digunakan untuk melawan bakteri yang belum resisten. Obat jenis ini harus diberikan dengan cara intravena (melalui pembuluh vena) di rumah sakit. Walaupun demikian, beberapa bakteri resisten tidak dapat diobati.

Apa yang dapat saya lakukan untuk menolong diri sendiri dan keluarga ? 

Jangan menganggap antibiotik dapat mengobati semua penyakit. Jangan menggunakan antibiotik untuk penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti batuk pilek dan flu. Seringkali, hal terbaik yang bisa Anda lakukan adalah membiarkan batuk pilek dan flu berjalan sesuai riwayat penyakitnya dan hanya meringankan gejala yang Anda alami. Karena memang tubuh Andalah yang melawan virus tersebut. Kadang-kadang ini dapat berlangsung 2 minggu atau lebih. Jika penyakit Anda memburuk setelah dua minggu berlalu, bicaralah dengan dokter Anda. Beliau dapat memberikan nasehat untuk mengatasi gejala yang Anda alami, selama tubuh Anda melawan virus.

Bagaimana saya tahu kapan saya memerlukan antibiotik ? 

Jawabannya tergantung pada penyebab infeksi Anda. Berikut ini beberapa panduan dasar :
  • Batuk pilek. Penyebabnya adalah virus. Tidak dapat diobati dengan antibiotik.
  • Batuk atau bronchitis. Kebanyakan penyebabnya adalah virus. Namun, jika Anda mengalami masalah dengan paru-paru atau penyakit berlangsung dalam waktu yang lama, mungkin penyebabnya adalah bakteri. Dokter akan memutuskan perlu atau tidaknya untuk menggunakan antibiotik.
  • Radang tenggorokan. Kebanyakan disebabkan oleh virus dan tidak memerlukan antibiotik. Namun, strep throat disebabkan oleh bakteri. Dokter dapat menentukan apakah Anda menderita strep throat dan meresepkan antibiotik.
  • Infeksi telinga. Ada beberapa jenis infeksi telinga. Antibiotik digunakan untuk beberapa namun tidak semua jenis infeksi telinga.
  • Infeksi sinus. Antibiotik sering digunakan untuk mengobati infeksi sinus. Namun, hidung meler dan ingus kuning atau hijau bukan berarti Anda harus membutuhkan antibiotik.

Apa lagi yang perlu saya ketahui ? 

Bila dokter meresepkan antibiotik, pastikan Anda menghabiskan SEMUA, bahkan ketika Anda merasa membaik setelah beberapa hari. Ini mengurangi kemungkinan terjadinya resistensi pada bakteri yang tertinggal di tubuh Anda.
Jangan menggunakan antibiotik tanpa resep dokter. Jika, dengan alasan tertentu, Anda memiliki antibiotik yang tersisa dari saat Anda sakit sebelumnya, jangan menggunakannya kecuali dengan ijin dokter. Sisa antibiotik belum tentu bermanfaat pada sakit yang Anda derita. Pun bila bermanfaat, bisa jadi dosisnya tidak cukup untuk membunuh seluruh bakteri di tubuh Anda. Tidak hanya Anda tidak bertambah baik, namun juga meningkatkan kesempatan bakteri di tubuh Anda menjadi resisten terhadap antibiotik.
Anda dapat mencegah terjadinya infeksi dengan mempraktekkan kebersihan. Cucilah tangan dengan sabun dan air, terutama setelah menggunakan kamar kecil, bersentuhan dengan feses (misalnya, dari binatang peliharaan atau mengganti diaper bayi), setelah menggunakan kamar mandi dan sebelum makan. (DWR)
Referensi : ANTIBIOTICS – WHEN THEY CAN AND CAN’T HELP


READ MORE - Antibiotik kapan diperlukan?

Selasa, 16 Juni 2015

Penggunaan Antibiotika dan Bahayanya



Penggunaan antibiotika yang berlebihan dapat menimbulkan banyak masalah. Efek yang ditimbulkan dapat bersifat jangka panjang, untuk beberapa jenis antibiotika.


Apabila antibiotika seperti Penicillin, digunakan tidak sesuai dengan aturan pemakaian yang benar, atau digunakan kurang dari lama waktu yang seharusnya, maka bakteri akan membentuk sistem pertahanan terhadap antibiotika tersebut. Rantai pertahanan tersebut akan dengan mudahnya menetralkan efek Penicillin ketika kuman kontak kembali dengan Penicillin. Dan dengan demikian, obat tersebut  menjadi tidak efektif. Ketika suatu bakteri menjadi resisten atau kebal terhadap suatu obat, maka obat tersebut menjadi tidak berguna. Akibatnya,  dibutuhkan antibiotika yang lebih kuat untuk membasmi bakteri tersebut. Sayangnya, proses terjadinya resistensi terhadap antibiotika lebih cepat terjadi dibandingkan proses pembuatan suatu produk antibiotika yang baru oleh perusahaan farmasi.

Karena penggunaan antibiotika yang berlebihan, reaksi alergi terhadap terhadap antibiotik pun pada umumnya meningkat. Biasanya hanya 5 – 10 % orang yang akan memberikan reaksi alergi terhadap antibiotika, dan umumnya terhadap obat Penicillin. Saat ini, semakin sering seseorang mengkonsumsi antibiotika, akan meningkatkan pula angka reaksi alergi terhadap obat ini. Reaksi alergi yang timbul bentuknya bervariasi, mulai kemerahan pada kulit (rash), reaksi pembengkakan jaringan tubuh (edema), hingga muncul reaksi anafilaksis yang menyebabkan pembengkakan pada saluran pernapasan, bahkan dapat terjadi syok (keadaan tubuh yang apabila tidak diatasi segera akan mengakibatkan kerusakan organ karena adanya gangguan distribusi cairan dan darah,). Reaksi diatas  tidak hanya muncul akibat penggunaan Penicillin saja, namun berlaku juga untuk Golongan antibiotika yang lain. Obat yang lain yang dapat menimbulkan reaksi diatas adalah obat golongan cephalosporin dan tetracycline.

Antibiotika seperti tetracycline dan amoxicillin dapat mengganggu bakteri/flora normal yang hidup di usus halus, seperti Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidus. Manifestasi yang muncul seperti diare, bersendawa, dan kembung. Saat ini terdapat bukti penelitian mengenai hubungan gangguan terhadap bakteri/flora normal yang hidup di usus, sangat berperan dalam proses terjadinya penyakit pada usus besar, seperti Colitis Ulserative (infeksi pada kolon / terdapat borok pada usus besar) dan kanker colon (usus besar). Masalah lain yang dapat timbul akibat terganggunya bakteri/flora normal yang hidup di usus adalah berkembangnya jamur dan ragi (yeast) di dalam usus, dimana dengan adanya kedua parasit tesebut dapat memicu timbulnya Candidiasis Usus Halus. Hal ini sedang menjadi masalah besar di beberapa negara di dunia barat, dan sayangnya, masalah ini berkaitan dengan penggunaan antibiotika. Candidiasis merupakan penyakit yang hanya muncul pada seseorang dengan gangguan kekebalan tubuh, misalnya pada bayi yang sistem kekebalan tubuh masih dalam tahap perkembangan, atau keadaan kekebalan yang menurun karena alasan tertentu, seperti misalnya pada penggunaan steroid dalam jangka waktu yang lama.

Antibiotika juga memberikan efek menekan sistem pertahanan tubuh. Beberapa antibiotika, termasuk tetracycline dan golongan Sulfonamide, dapat menghambat aktivitas sel darah putih, yang tugasnya adalah untuk melawan dan menghancurkan bakteri.  Beberapa antibiotika lain juga diketahui memiliki efek dalam menghambat produksi antibodi, yang mengakibatkan menurunnya kekebalan tubuh. Pada tahun 1974, telah di terbitkan hasil sebuah penelitian, yang diperkuat dengan hasil penelitian pada tahun 1991, yang menyatakan bahwa anak-anak dengan keluhan nyeri telinga dan mendapat terapi antibiotika, terutama pada beberapa hari pertama, cenderung mengalami kekambuhan, dibandingkan anak-anak dengan nyeri telinga yang ditunda pemberian antibiotikanya atau hanya diberi plasebo (tidak berisi bahan aktif apapun)

Bahaya Penggunaan beberapa antibiotika

Sebagai tambahan terhadap masalah yang sering terjadi akibat penggunaan antibiotika yang berlebihan, seperti resistensi dari bakteri sendiri dan munculnya reaksi alergi, penggunaan beberapa antibiotika dapat berbahaya, sesuai dengan cara kerja bahan aktif obat tersebut dalam tubuh.
Bukan hal yang luar biasa, antibiotika chloramphenicol menekan jumlah sel darah putih, terutama tipe sel darah putih yang melawan bakteri melakukan infeksi ke dalam tubuh yaitu granulosit. Dalam beberapa kasus walaupun jarang terjadi, 1 dari 100.000, terjadi penekanan  fungsi dari sumsum tulang belakang, dimana bagian ini berfungsi sebagai pabrik penghasil sel darah dalam tubuh. Setelah muncul kasus tersebut, Chloramphenicol kemudian ditarik peredarannya dari pasaran Eropa dan America Utara, walaupun di beberapa Negara Afrika masih di gunakan.

Ada beberapa jenis Golongan Tetracycline, meliputi Demeclocycline, Doxycycline, Minocycline, Oxytetracycline, dan Tetracycline. Obat-obat di atas, dapat membahayakan proses pertumbuhan tulang dan gigi dari janin dan anak-anak usia di bawah 7 tahun. Reaksi tersebut muncul dikarenakan bahan aktif dari antibiotika tersebut mengikat calcium phosfat, sehingga baik calcium phosfat dan bahan aktif antibiotika akan diserap oleh tulang dan gigi, dan menyebabkan kerusakan lapisan luar gigi, yang mengakibatkan warna gigi menjadi berwarna kuning kecoklatan, dan rentan terhadap cavitas/gigi berlubang.

Tetracyclin dikenal mengakibatkan penurunan kadar/jumlah vitamin B dalam tubuh, dengan cara mengganggu penyerapan vitamin B di usus. Gangguan tersebut dapat juga menggangu bakteri/flora normal yang hidup di dalam usus. Akibatnya, Tetracycline dapat menyebabkan diare, terutama apabila di gunakan dalam waktu yang lama. Efek yang jarang terjadi adalah zat tersebut dapat meningkatkan tekanan di otak, terutama pada pasien dengan tekanan darah tinggi, yang dikenal dengan Benign Intracranial Hypertension (Peningkatan Tekanan Intracranial Ringan). Tetracycline adalah antibiotika sangat berpotensi untuk menyebabkan kerusakan secara diam-diam. Obat ini sering diresepkan untuk penggunaan jangka panjang, terutama untuk perawatan jerawat pada remaja, dan biasanya digunakan tiga sampai enam bulan, dan pada kasus yang berat, dapat dikonsumsi hingga dua belas bulan.

Salah satu antibiotika yang masuk dalam Golongan obat yang di gunakan dalam jangka waktu lama adalah Streptomycin yang digunakan dalam pengobatan TBC, sama seperti penggunaan Gentamicin, Kanamycin, Tobramicyn, Neomycin dan Amikacin. Obat-obat tersebut sering sekali digunakan terhadap infeksi saluran air kemih, peritonitis, dan luka infeksi yang timbul setelah operasi usus. Golongan antibiotika ini cukup berbahaya, karena dapat menyebabkan kerusakan pada saraf pendengaran, yang akan mengakibatkan ketulian. Obat-obat dalam Golongan ini juga sanggup menyebabkan kerusakan pada ginjal, reaksi alergi ruam atau kemerahan pada kulit, dan demam akibat penggunaan obat itu sendiri.

Golongan Sulfonamide, seperti sulfacytine, sulfadiazine, sulfamethiazole, sulfamethixazoke, dan sulfisoxazole. Obat-obat tersebut dapat menyebabkan efek samping yang cukup serius, diantaranya reaksi alergi dalam bentuk yang bervariasi (ruam kulit, demam, hepatitis, penurunan jumlah sel darah putih, dan anemia aplastik), diare, dan pembentukan batu kristal di saluran kemih. Sulfonamide juga di kenal sebagai penyebab peradangan pada organ pankreas (Pancreatitis) dan Diabetes Mellitus. Efek lain yang ditimbulkan meliputi badan lemas, sakit kepala, mual dan muntah, walaupun gejala-gejala tersebut dirasakan dalam jangka waktu yang lebih pendek.

Penggunaan antibiotika seharusnya menjadi solusi terakhir, dan bukan yang pertama.  Dengan cara ini maka antibiotik menjadi sesuai kebutuhan dan indikasi bukan suatu keharusan untuk setiap masalah kesehatan sehingga masalah resistensi antibiotik dapat   ditanggulangi.


Referensi :  http://www.herbs2000.com/medica/2_antibioticsE.htm
READ MORE - Penggunaan Antibiotika dan Bahayanya

Minggu, 14 Juni 2015

Makanan Dan Minuman Dalam Pendakian

Jumlah kalori yang dibutuhkan untuk setiap perjalanan seorang pendaki gunung tergantung pada :
1. Ukuran dan berat badan seseorang.
2. Metabolisme individu.
3. Lamanya perjalanan.
4. Cuaca/suhu.
5. Jenis aktifitas yang telah direncanakan sebelumnya.

Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam merencanakan perbekalan makanan/minuman yang akan dibawa :
a. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai.
b. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.
c. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama, irit air dan bahan bakar.
d. Ringan, dan mudah didapat.
e. Murah.

Menghitung kebutuhan Energi berdasarkan Basal Metabolic Rate.
Basal Metabolic Rate (BMR) atau laju metabolisme Basal (LMB) adalah energi minimal yang diperlukan tubuh dalam keadaan istirahat sempurna baik fisik maupun mental, berbaring tetapi tidak tidur dalam suhu ruangan 25 derajat C (Darwin, 1988:7). Secara praktis besarnya BMR seseorang dapat dihitung dengan mengalikan berat badan dengan 24 kalori (berat badan x 24 kalori). Misalnya berat badan seseorang 60 kg kebutuhan BMRnya adalah 1440 kalori, sedangkan jumlah kebutuhan kalori per hari dapat ditentukan berdasarkan kelipatan BMR sebagai berikut:
Contoh :
Seorang yang sedang mendaki gunung mempunyai berat badan 60 kg, kebutuhan kalorinya adalah :
60 kg x 24 kalori = 1.440 kalori (BMR)
125% x 1.440 (BMR) = 1.800 kalori
Total kebutuhan kalori/hari : 1.440 + 1.800 = 3.240 kalori/hari
Untuk aktifitas dialam terbuka jumlah kalori yang diperlukan seseorang berkisar 2500 s/d 3500 kalori per hari.
Kebutuhan akan kalori pendaki laki-laki dan wanita berbeda karena pada wanita jaringan lemak bawah kulitnya lebih tebal sehingga pengeluaran proses tubuh lebih kecil.
Misal :
Bagi pendaki laki-laki dengan jenis aktivitas ringan 2.400 kalori, sedang 2.600 kalori dan berat 3.000 kalori, sedangkan untuk pendaki wanita dengan jenis aktivitas ringan 2.000 kalori, sedang 2.400 kalori dan berat 2.600 kalori.

Berapakah kalori yang dihasilkan pada setiap gram zat gizi/ zat makanan ?
Tiap-tiap gram zat gizi karbohidrat menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori dan protein 4 kalori.
Agar zat–zat gizi tersebut dapat digunakan didalam tubuh dengan sempurna, harus diatur komposisinya sbb :
- Protein : 12%-15%
- Lemak : 20%-25%
- Karbohidrat 60%-70%

Misalkan kebutuhan energi adalah 3.500 kalori maka susunan/komposisi gizi-nya adalah sebagai berikut :

Penjelasan :
Kalori dari protein = 15% x 3.500 kalori = 525 kalori
Protein 1 gram = 4 kalori
Jumlah protein = 525 : 4 = 131.3 gram
Kalori dari lemak = 25% x 3.500 kalori = 875 kalori
Lemak 1 gram = 9 kalori
Jumlah lemak = 875 : 9 = 97.2 gram
Kalori dari karbohidrat = 60% x 3.500 kalori = 2100 kalori
Karbohidrat 1 gram = 4 kalori
Jumlah karbohidrat = 2100 : 4 = 525 gram

Nutrisi Seorang Pendaki di Alam Bebas
Nutrisi yang buruk atau pas-pasan dapat mengurangi daya tahan (endurance), membuat otot sulit recovery, dan membatasi kemampuan tubuh untuk memperbaiki sel-selnya setelah satu hari penuh kerja keras. Ujung-ujungnya akan mempengaruhi moral dan skill dari pendaki itu sendiri.
Karenanya penting sekali kita sadar akan perlunya karbohidrat, protein dan lemak serta komponen nutrisi lainnya supaya tubuh tetap fit selama pendakian.

Karbohidrat
Karbohidrat sudah pasti perlu, karena ini merupakan sumber tenaga utama, ibarat mobil, inilah bensinnya, tanpa bensin, mobil pasti tidak
akan jalan. Karbodirat ini ada dua macam:
1) Karbohidrat sederhana.
2) Karbohidrat komplek.
Bedanya, kalau karbohidrat sederhana akan cepat dimetabolis oleh tubuh, sangat cocok dikonsumsi sebelum atau setelah aktifitas dalam jumlah kecil, misalnya seperti madu, selai, permen dan buah-buahan yang manis. Sedangkan karbohidrat komplek biasanya disimpan di lever dan otot sebagai glikogen. Simpanan glikogen ini biasanya akan habis setelah 1,5 jam beraktifitas berat, seperti naik gunung atau lintas alam jarak jauh misalnya. Untuk itu perlu sekali mengganti glikogen ini dari snack sumber karbohidrat sebagai makanan antara, sepanjang hari. 50-70% dari kalori tubuh bersumber dari karbohidrat ini.
Jika kita lupa atau melewatkan asupan karbohidrat, maka tubuh akan memerlukan lebih dari 24 jam untuk me-restore cadangan glikogen dan energi untuk aktifitas pendakian keesokan harinya. Selain memastikan asupan karbohidrat mencukupi, plus komponen protein dan minum air selalu, terutama 30-60 menit setelah beraktifitas. Minum air putih perlu, usahakan tidak kurang dari 10 gelas sehari.

Protein
Biasanya protein paling baik dikonsumsi tidak dalam jumlah besar, karena protein itu produk yang cepat digunakan oleh otot, khususnya memperbaiki otot yang terpakai sepanjang hari. Protein diperlukan juga untuk melawan penyakit, membangun lapisan serat pada otot yang ‘rusak’ digunakan sepanjang hari, dan menjaga agar otak tetap bisa berpikir dan memastikan aliran darah lancar. Protein lengkap bersumber dari ikan, telur dan susu, karena mengandung asam amino esensial yang lengkap. 15% kalori bersumber dari protein ini.

Lemak
Lemak dibutuhkan sebagai cadangan energi diluar sumber energi selain karbohidrat. Kelemahannya adalah lemak perlu lebih banyak waktu untuk dicerna sebagai energi. Konsumsi lemak paling baik dilakukan saat makan malam, karena akan lebih mudah dicerna saat tidur malam. Untuk perjalanan jauh, lemak justru dibutuhkan, terutama memasuki daerah dingin/daerah pegunungan, lemak dalam tubuh akan memberikan rasa hangat, sehingga bisa melawan udara dingin di luar. Terlalu banyak lemak juga berbahaya, karena akan menambah berat langkah saja. Massa lemak lebih berat dari massa otot. Sehingga akan mempengaruhi kecepatan berjalan.


Serat
Serat penting, karena tubuh memerlukannya untuk membantu system pembuangan limbah dari tubuh (buang air besar) agar tidak mampet. Makanan yang berserat juga diperlukan untuk menahan rasa lapar lebih lama. Serat dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayuran.

Air Minum
Minum sebagai kebutuhan cairan jangan dilupakan. Menghadapi medan jelajah seperti susur pantai yang terbuka di bawah matahari sepanjang hari pasti memerlukan air lebih banyak daripada jelajah di dalam hutan lebat. Intinya cegah diri dari dehidrasi.
Minumlah secara teratur dan sesering mungkin. Apa yang diminum, tentu saja air putih. Namun dengan berkembangnya teknologi, saat ini membanjir berbagai minuman energi yang bisa juga sekaligus mengganti energi yang terpakai.

Apakah benar minuman ini bisa mengganti energi ?
Cek selalu content/ingredient di kemasannya. Kandungan gulanya biasanya terdiri dari sukrosa, fruktosa, glukosa dan maltodextrin. Kalo konsentrasi kandungan fruktosa-nya tinggi, justru akan memperlambat hidrasi dan muncul gangguan perut.
Pilihan minuman lainnya seperti herbal tea dan coklat susu sangat direkomendasikan. Bagi penggemar kopi, perlu sedikit waspada dengan cafein yang terkandung di dalamnya, karena dapat meningkatkan output urin dan peluang terjadinya frostbite. Selain itu cafein meningkatkan heart rate dan tekanan darah. Oleh karena itu selama perjalanan perlu dibatasi satu cangkir kopi per hari.

Minuman beralkohol juga berisiko sebagai sumber dehidrasi dan dapat menurunkan selera nafsu makan. Alkohol juga lebih hebat dampaknya daripada cafein dalam soal peningkatan output urin. Rasa haus merupakan indicator tubuh mulai mengalami dehidrasi.
Minumlah dengan sedikit-sedikit guna membasahi kerongkongan, bukan dengan cara sekaligus satu botol habis. Di tempat-tempat di mana air jarang ada selama perjalanan, perhitungan kebutuhan air perlu dimasukkan dalam rencana perjalanan.




READ MORE - Makanan Dan Minuman Dalam Pendakian