Sejak beberapa pekan lalu, dunia
dikejutkan kembali oleh virus MERS. Sebelumnya, pernah terjadi kasus
serupa pada 2012. Tercatat ada sekitar 262 kasus virus yang menyerang
sistem pernapasan ini dan telah dikonfirmasi oleh 12 negara.
Virus yang diduga berasal dari Timur Tengah ini tentunya perlu
diketahui lebih dalam. Berikut lima hal tentang MERS, berdasarkan
laporan CNN, Senin 5 Mei 2014.
1. MERS merupakan virus korona.
MERS sejenis dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)
yang berasal dari flu biasa, namun tidak separah SARS, yang pada satu
dekade lalu mengakibatkan 8.000 orang sakit dan 773 orang meninggal.
Para peneliti mengatakan, setidaknya saat ini MERS belum menyebar dengan
mudah terhadap manusia.
Centers for Disease Control and Prevention mengatakan, virus ini
menyerang sistem pernapasan, sehingga mengakibatkan orang yang
terjangkitnya demam, batuk, dan parahnya menyerang radang paru-paru
(pneumonia) serta gagal ginjal. Namun, menurut WHO, gejala lainnya
adalah berhubungan dengan lambung dan usus seperti diare.
Para pejabat setempat menyatakan rata-rata korban MERS berusia 51 tahun, meskipun ada yang berusia 2-94 tahun.
2. Para peneliti belum mengetahui secara pasti penyebaran MERS.
Semua kasus MERS di enam negara di Semenanjung Arab dikaitkan
dengan penularannya terbatas melalui benda atau kontak fisik, seperti
halnya interaksi langsung pasien dengan perawat kesehatan.
Namun, Dr. Anne Schuchat, asisten dokter bedah umum di Public
Health Service, Amerika, mengatakan, penularan tersebut malah bisa
berakibat fatal. "Anda tidak berisiko terinfeksi MERS-CoV bila tidak
melakukan kontak secara langsung seperti merawat atau hidup dengan
seseorang orang yang terinfeksi virus tersebut," katanya.
3. MERS berasal dari Unta.
Sebuah penelitian menunjukkan awal mula virus ini berasal dari
unta. Bulan Februari lalu, para ilmuwan menerbitkan temuan mereka yang
berisi hampir dari tiga perempat dari unta di Arab Saudi dinyatakan
positif mengidap virus MERS.
CDC juga menemukan MERS di dalam kelelawar di Arab Saudi.
"Cara terinfeksi dari hewan ke manusia atau lingkungannya masih dalam penyelidikan," ujar WHO bulan lalu.
4. MERS diduga musiman.
Pejabat setempat menjelaskan, kasus ini mempunyai kesamaan dalam
kenaikan korbannya. Pada musim semi tahun lalu juga mengalami
peningkatan seperti saat ini. Dugaan tersebut diamini oleh Schuchat,
faktor MERS ini mungkin disebabkan oleh musim yang dapat menyebar dengan
mudah.
5. Hingga saat ini belum ada obat dan vaksin.
Anne Schuchat mengakui, hingga saat ini belum ada vaksin dan
obat-obatan khusus untuk menangani MERS. Namun, dokter dapat mengobati
gejala MERS, seperti demam atau kesulitan bernapas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar