Malam yang dingin disudut kota yang sangat sepi
Aku sendiri menunggu seorang lelaki buaya darat dan tante-tante girang
Yang membutuhkan kehangatan dari seorang pelacur muda . . .
Seakan siap memberikan kepuasan batin dan kepuasan duniawi . . .
Yang hanya bersenjatakan rayuan gombal dan janji kenikmatan dari sebuah ranjang yang telah berlumuran dosa . . .
Banyak sudah dosa yang telah akua kerjakan disini . . .
diatas sebuah kasur yang telah lama menjadi pelampiasanku dengan . . .
semua yang ada . . .
Baik dengan sesama maupun dengan seorang tante-tante yang masih perawan . . .
Hanya satu kenikmatan yang aku cari . . .
tidak peduli apa yang terhjadi dengan semua ini . . .
Erangan,
Lengguhan,
dan desahan nafas yang penuh nafsu . . .
berkejar-kejarab bagaikan seekor kuda besi yang lari dengan penuh nafsu . . .
Kecepatan penuh sebelum semua berakhir . . .
banyak sudah yang telah aku dapatkan dengan semua ini . . .
Dari yang menyenangkan sampai ayang menjijikan . . .
dari yang tidak sakit sampai rasa sakit yang aku alami . . .
Semua aku lakukan dengan tutup rapat . . .
Alasan klasik dari seorang pelacur jalanan . . .
Materi . . .
Menjadikan semua ini berjalan tanpa adanya rasa malu . . .
Apa mungkin maluku masih jauh dari Jogja?
Hu'uh . . .
Semakin hari semakin banyak saja yang memakai jasaku . . .
Hingga aku sendiri tiodak mengetahui apa yang harus aku kerjakan untuk mengakhiri semua yang pernah . . .
Pernah aku kerjakan !
Tapi tuntutan rasa nikmat dan rasa haus akan kepuasan dari seorang . . .
seorang pemuas nafsu dan yang memuaskan . . .
Nafsu yang terus menggelora . . .
Tiada hentinya . . .
Jiwa raga telah aku jual hanya demi . . .
tuntutan dan tuntutan kehidupan yang semakin aku rasakan sangat . . .
Nikmat . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar