Hujan tak mampu hilangkan hangatmu . . . Walau telah delapan jam lebih kita disini, satu ruangan namun hanya sedikit kata yang terucap, seperti ada benarnya dengan semua kata-kata yang kamu ucapkan saat itu, aku sadar dengan diriku yang berbeda. Yang lain dengan semua. Aku sadar diri.
Ketika aku kembali diam, kamu masih saja begitu ikut diam sejuta bahasa. Bahkan gerak tubuhmupun mengisyarakatan bahawa kamu tak ingin bertemu dengan aku. Kita sama tak ada yang beda bukan. Cara yang menurutku tak bisa dewasa darimu. Aku tak mempermasalahkan semua, mungkin bercandaanku keterlaluan, kelewatan menurutmu, apa aku salah jika aku juga ingin sama?
Namun aku tak mau terlalu dalam larut ke masalah ini. Kesalah pamahan yang berakibat fatal jika di lanjutkan. Aku kan berjalan sesuai dengan apa yang kamu inginkan, aku kan diam disini. Berjalan tanpa kata dan aku tak akan menyentuh apa yang membuatmu bisa meledak lagi. Aku berusaha menjauh semua namun kenapa mereka mendekat? Tak kusalahkan ke akraban ini, aku bukan tipe orang yang suka ambil pusing, bercanda ya bercanda tanpa ekspresi sekalipun aku bisa. Tak mau menjadi sebuah sinetron juga, tak mau mendramalisirkan masalah. Biarlah semua berjalan sesuai perjalanan sang waktu.
Telah ku lupakan semua masalah yang ada, tinggal menunggu eksekusi dari semua omonganmu itu, apakah kamu nyata atau maya. Tinggal menunggu saja sekarang. Biar waktu yang akan menjawabnya. Cukup sampai disini untuk semua ini, aku hanya akan diam, diam seribu bahasa . . . Karena aku menganggap kamu lebih tinggi diatasku, walau kita sama hanya seorang pegawai . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar