hari berjalan dengan pelan namun pasti. satu persatu telah berguguran. jatuh berlahan-lahan. memenuhi rongga-rongga yang tak pernah kosong oleh tonggak-tonggak sisa penyesalan. semua menumpuk disudut tanah yang mulai mengeluarkan bau tak sedap. tanah yang mulai menghancurkan apa yang ada diatasnya. apa saja tak terlewatkan. dihancurkan hingga berkeping-keping dan melebur dimakan hewan-hewan pengerat dan penghancur.
derai air hujan yang menetes tiada henti hanya dapat ku nikmati dari jendela kaca yang mulai usang ini. jendela yang mulai berjamur dibagian pojok-pojoknya. serta mulai tak dapat untuk menatap jelas apa yang terjadi diluar sana. hanya sekelibatan kilat yang menyambar-nyambar dan suara gaduh petir yang bergemuruh melepas amarah. amara yang lama mungkin tidak tersalurkan.
udara terik dan hawa panas segera tergantikan dengan titik-titik air yang mendingkan. menyapu daun-daun yang telah rontok sebelumnya. membawa kesegaran kepada pohon-pohon yang sudah mulai layu dan memberikan wangi tanah yang begitu khas setiap awal musim hujan datang. hawa yang selalu ku tunggu. suara yang terkadang memekakan telinga, menakutkan setiap anak-anak yang berdiri sendirian tanpa induk semangnya.
hujan pertama bulan ini begitu deras, hingga membuat beberapa saluran air terhenti. menciptakan sungai dijalan-jalan yang dilaluinya. membuat keributan dan kesunyian tersendiri. aku termenung digubuk tua ini didepan jemdela dan satu-satunya tempat yang bebas dari susupan air hujan dari genteng yang mulai saling berjauhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar