sore yang ceria
Menyambut malam yang indah
Purnama yang mulai menampakkan diri
Nyala api yang mulai berkobar
Disebuah halaman
Bersebelahan dengan danau kecil
Ayunan masa lalau yang dipakai oleh aku dan kakak-kakakku dulu
Sekarang . . .
Ayunan itu digunakan oleh anak-anak kami
Sore telah berganti
Terang menjadi gelap
Semua telag berkumpul disini
Ayah, ibu, kakak-kakakku
Dan pasangan kakak-kakakku
Anak-anak mulai berkumpul
Memberikan keceriaan
Senda tawa terlontar
Aku terdiam disini menikmati semua
Sebuah rasa kebersamaan
Jagung-jagung yang mulai dibakar
Memberikan aroma harum yang menggoda
Anak-anak yang bermain
Berlari berhamburan ke ibu masing-masing
Kecuali satu . . .
Bermanja-manja
Sesaat kemudian menuju kepadaku
Untuk meminta sebuah dongeng
Langit begitu benderasng dengan pancaran purnama
Serta kerlip bintang nan menggoda
Sunyi . . .
Saat menikmati jagung-jagung aneka rasa
Nyanyian kolaborasi malam ini begitu syahdu
Tarian sang kunang-kunang kembali hadir
Dalam remang dan suasana bahagia
Canda dan tawa lepas anak-anak menandakan kebahagian
Tetesan air mata tak tertahankan
Mengalir saat ku mengakhiri kisah dongengku
Namun jam pada handphone yang ku pegang
Telah menunjukkan pukul sembilan malam
Saatnya mengakhiri semua kebersamaan ini
Hanya tiga jam yang ku lalui bersama yang lain
Namun rasa ini berbeda
Tak sperti mereka yang bergelimang materi
Dan dimanjakan oleh materi
Namun . . .
Mereka tak pernah dimanjakan oleh kebersamaan
Dan oleh kepuasan batin
Yaitu perhatian
Untukku
Lebih berharga kebersamaan dan saling memperhatikan
Dibandingkan mempunyai setumpuk materi tapi tak pernah diperhatikan
Kisah ini nyata
Kisah ini banyak terjadi
Dan banyak mereka yang mengalaminya
Terkadang ada yang berpikir
Lebih baik hidup miskin namun penuh kasih dan perhatian
Dibandingkan hidup kaya namun tak penuh kasih dan perhatian
Jogja, 23 Juli 2010 at 09.06pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar